Aka Umbabeee...
Pagi ini, di akhir pekan minggu pertama bulan Oktober 2010, saya mencoba menelusuri taman-taman blog dengan satu kata kunci, "Tomi Lebang". Saya memang merindukan sahabat sekaligus saudaraku yang satu ini. Meski sering bertegur sapa dan saling colek di halaman Facebook, tapi saya juga merindukan tulisannya.
Tomi Lebang
Tomi Lebang, lahir pada tahun 1972 di Mambi, kampung kecil di pegunungan Sulawesi Barat, yang belum dijejak kendaraan roda empat sampai tahun 1987. Ia baru meninggalkan Mambi pada saat duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama. Setamat SMA Negeri 1 Makassar, Sulawesi Selatan pada 1991, ia mengambil kuliah di Jurusan Teknik Mesin, Universitas Hasanuddin dan lulus pada 1998. Di tahun 2003-2004, ia mengambil kursus penulisan kreatif di Goldsmiths College, University of London, Inggris. Ia juga sempat mengikuti pendidikan singkat tentang hak asasi di Montreal, Kanada sepanjang bulan Mei 2006. Sejak mahasiswa, ia telah menjadi wartawan di Kota Makassar, sebagai koresponden media ibukota seperti Media Indonesia Minggu, TEMPO Interaktif dan Majalah D & R. Setamat kuliah, ia langsung bergabung dengan Majalah TEMPO yang terbit kembali setelah empat tahun dibredel. Ia menjadi wartawan di majalah ini sampai tahun 2003. Kendati tidak lagi menjadi wartawan, saat ini Tomi Lebang bekerja paruh waktu dibeberapa tempat di Jakarta, sebagai penulis dan konsultan media.
Mencari halaman atau blog yang berhubungan dengan Tomi Lebang dapat dengan mudah saya temukan. Dari sekian halaman blog yang sempat saya kunjungi, saya (tanpa seizin pemilik blog: "MAAF") menyalin beberapa paragraph sehubungan dengan jejak Tomi Lebang, seorang sahabat sekaligus saudara tua yang senantiasa selalu dapat dijadikan sebagai salah satu barometer kesuksesan Anak Mambie.
Di sela-sela Pertemuan Kelompok Ahli (PKA) bertema ”60 Years of Indonesia-Russia Relations: ADVANCING COMMON INTERESTS” di Kemlu RI tanggal 30/6/2010, Duta Besar Hamid Awaluddin meluncurkan buku berjudul “Sahabat Lama, Era Baru”. Buku yang ditulis oleh Tomi Lebang tersebut dapat dijadikan referensi buat kita semua. Berikut gambaran singkat buku tersebut.
Judul: Sahabat lama, Era baru:
60 tahun Pasang Surut Hubungan Indonesia-Rusia.
Penulis: Tomi Lebang
Penerbit: PT Grasindo Widiasarana Indonesia
Tahun: I, Juli 2010
Harga: Rp. 55.000,-
60 tahun Pasang Surut Hubungan Indonesia-Rusia.
Penulis: Tomi Lebang
Penerbit: PT Grasindo Widiasarana Indonesia
Tahun: I, Juli 2010
Harga: Rp. 55.000,-
Guna menggambarkan pasang surut hubungan Indonesia-Rusia dan memperingati 60 tahun hubungan diplomatik kedua negara, tidak keliru jika Tomi Lebang, mantan wartawan Tempo, yang didukung penuh Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Moskow menerbitkan buku “Sahabat Lama, Era Baru: 60 Tahun Pasang Surut Hubungan Indonesia-Rusia”.
Tiga Babakan Hubungan RI-Rusia
Dengan gaya bertutur, Tomi Lebang memetakan pasang surut hubungan RI-Rusia sesuai babakan waktu yang disebutkan oleh Wakil Duta Besar RI untuk Rusia Agus Sriyono dalam artikelnya “6o Tahun RI-Rusia” yang juga dimuat dalam buku ini. Ada tiga babakan waktu yang dikemukakan Agus Sriyono yaitu masa pasang (1950-1965), surut atau titik terendah (1965-1991) dan era kebangkitan (sesudah 1991).
Dengan pembagian seperti itu, maka ketika membaca ini kita seperti membuka sebuah album foto dengan gambar-gambar yang diletakkan secara runut. Dilengkapi tulisan-tulisan Duta Besar RI untuk Rusia, yang juga mantan wartawan dan Menteri Hukum dan HAM, Hamid Awaludin dan Wakil Duta Besar Agus Sriyono, buku ini mengajak pembacanya melihat hubungan RI-Rusia dari perspektif yang lebih luas.
Pembaca dapat melihat bahwa periode tahun 1950-1965 merupakan saat yang paling mesra dalam hubungan RI-Rusia yang ditandai oleh kedekatan personal pemimpin kedua negara, Presiden RI Soekarno dan Perdana Menteri Rusia Nikita Kruschev, dan banyaknya kerjasama yang dilakukan kedua negara.
Melalui buku ini kita juga dapat mengetahui bahwa bangunan-bangunan bersejarah dan monumental yang dibangun di Indonesia, perwujudannya ternyata tidak terlepas dari bantuan dan dukungan Rusia. Bangunan-bangunan yang hingga kini masih menjadi kebanggaan nasional tersebut antara lain Monumen Nasional (Monas) yang menjadi landmark ibukota DKI Jakarta, Gelanggang Olah Raga Bung Karno di Senayan dan Patung Tugu Tani di taman segi tiga Menteng.
Masa depan Hubungan RI-Rusia
Terbitnya buku pasang surut persahabatan RI-Rusia layak disambut hangat oleh pemerhati hubungan internasional dan masyarakat di kedua negara. Selain memberikan informasi komprehensif menyangkut hubungan RI-Rusia, buku ini juga menandai awal upaya mempererat hubungan bilateral kedua negara. Berbagai masukan yang terdapat dalam buku ini, misalnya mengenai perlunya peningkatan kembali kerjasama di bidang pendidikan, kebudayaan dan pariwisata, dapat dijadikan dasar untuk menyusun kerjasama yang lebih konkrit.
Terbitnya buku pasang surut persahabatan RI-Rusia layak disambut hangat oleh pemerhati hubungan internasional dan masyarakat di kedua negara. Selain memberikan informasi komprehensif menyangkut hubungan RI-Rusia, buku ini juga menandai awal upaya mempererat hubungan bilateral kedua negara. Berbagai masukan yang terdapat dalam buku ini, misalnya mengenai perlunya peningkatan kembali kerjasama di bidang pendidikan, kebudayaan dan pariwisata, dapat dijadikan dasar untuk menyusun kerjasama yang lebih konkrit.
Akhirnya, saya akan segera mencari buku ini di toko buku terdekat dan pastikan anda juga.